Ketika mengetahui bahwa kami adalah keluarga homeschooling, teman-teman banyak yang bilang,
“Saya mah belum sanggup menjadi ortu hs karena pasti capek banget.” Atau,
“Kalau anak-anak ada di rumah terus, kapan kita bisa ‘me time’?” Dan sejenisnya.
Benarkah ketika kita mengHSkan anak-anak, orang tua – khususnya ibu – menjadi nggak punya waktu untuk diri sendiri? Terlalu sibuk mengurusi anak-anak, apa jadi nggak punya kesempatan aktualisasi diri?
Saat anak-anak masih bayi hingga batita, hampir seluruh waktu ibu habis untuk mengurus anak. Mau mandi aja harus curi-curi waktu saat anak tidur. Kalau anak nggak tidur-tidur, ya tahan-tahan deh nggak mandi seharian sampai suami pulang.
Biasanya ibu mulai punya harapan mendapatkan waktu luang ketika anak mulai masuk usia toddler. Bukan, bukan karena anak-anak bisa ditinggalkan sendiri. Justru usia toddler malah membutuhkan perhatian orang tua dan peran serta ortu untuk ikut bermain dan beraktifitas bersama. Karena ini adalah momen penting untuk menciptakan bonding dengan anak.
Tapi, sekarang sudah ada sekolah buat anak batita, bukan? Inilah salah satu harapan ibu agar sedikit punya spare time sendirian, yaitu ketika anak mulai masuk sekolah dan selama beberapa jam anak diasuh oleh guru playgroupnya. Ya, minimal bisa mandi tanpa khawatir atau duduk santai beberapa jenak sambil ngopi dan mengatur napas.
Kalau anak lebih besar lagi, tentu waktu ‘me time’ akan lebih banyak, karena anak ada di sekolah lebih lama. Malah, ibu sering kangen anak, saking lamanya anak di sekolah daripada di rumah.
Nah, kalau anak-anak nggak sekolah – alias HS, berarti nggak ada kesempatan untuk ibu bisa mengerjakan aktivitas untuk diri sendiri, dong?
Bisa jadi, ya. Ini bagian dari perjuangan kita, mommies. Kalau anak-anak kita masih batita dan balita yang memang membutuhkan pendampingan terus. Tapi bukan berarti waktu kita seluruhnya tercurahkan untuk anak, kok. Kita bisa mencari waktu sejenak untuk mengaktualisasikan diri.
Kenapa seorang ibu butuh ‘me time’?
Karena, menurut sebuah riset di Amerika (yang menurut saya tidak bisa dijadikan acuan juga. Tapi paling tidak ini jadi kehati-hatian aja deh), bahwa ibu rumah tangga lebih mudah terkena stress (bahkan depresi) dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah. Nah, apalagi kalau anak-anaknya HS kali yaa (menurut pendapat beberapa ibu akan kekhawatirannya berHS).
Buat saya, punya waktu untuk diri sendiri itu memang penting. Nggak perlu lama, mungkin sekitar 10 – 15 menit tiap 3 – 4 jam sekali. Seperti untuk meluruskan badan dari ketegangan otot, membaca Al Qur’an, beribadah dengan tenang, membaca buku, berinteraksi di media sosial agar tetap kekinian dan updated, merawat diri, hingga mencari ilmu dan bekerja (di rumah). Jangan terlalu memaksakan diri mencurahkan waktu kita untuk keluarga tanpa memerhatikan diri sendiri. Nanti bisa dibilang kurang piknik, lho.
Saya sedikit menuliskan tips-tipsnya mencari waktu ‘me time’ menurut pengalaman saya, antara lain:
- Melatih kemandirian anak secara bertahap.
Kita bisa kok mengajarkan anak untuk tidak selalu tergantung orang tuanya selama beberapa menit. Orang tua bisa mengawasi dari jauh dan mengambil waktu sejenak untuk mengurus diri sendiri. Untuk anak balita, bisa dibiarkan sibuk sendiri dengan mainannya sebentar. Tapi harus pastikan dia ada di tempat aman dan nggak lari kemana-mana (khawatir ibunya ketiduran ;p).
- Membiasakan anak dengan sebuah rutinitas.
Dengan melatih anak beraktivitas sesuai jadwal, kita bisa memperkirakan kapan waktu untuk istirahat. Misalnya dengan membuat jam tidur siang, jadi orang tua bisa ikut tidur sesaat atau bekerja. Kalau anak-anak saya sih sudah nggak tidur siang (mereka hanya tertidur kalau di perjalanan). Tapi mereka punya free time setelah makan siang dan shalat dzuhur, ini yang sering saya manfaatkan untuk istirahat sebentar.
- Melatih anak untuk belajar secara mandiri atau independent learning.
Untuk anak-anak yang lebih besar tentu lebih mudah ya, memenej keseharian mereka. Saat mereka sedang melakukan aktivitas mandiri, orang tua bisa mengerjakan hobby atau pekerjaannya. Makanya, penting untuk melatih anak belajar mandiri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhannya.
- Mengajak anak untuk beraktifitas yang sama dengan orang tua.
Pekerjaan utama saya selain urusan rumah tangga dan menemani anak berkegiatan adalah menulis dan blogging. Kadang waktu yang dibutuhkan untuk blogging cukup banyak. Agar anak-anak tetap bisa berkegiatan bareng saya, merekapun saya ajak sama-sama menulis. Jadi, menulis memang menjadi salah satu agenda rutin keseharian kami.
Contoh lain kegiatan bersama kami adalah memasak dan baca buku bersama. Ini bisa sekalian untuk mempercepat pekerjaan rumah dan menyelesaikan bacaan saya.
- Berbagi tugas rumah tangga dengan anak-anak.
Pernah membaca daftar chores untuk anak sesuai usia, kan? Nah pembiasaan anak-anak melakukan chores, selain untuk melatih lifeskill mereka, adalah juga untuk meringankan tugas orang tua agar pekrjaan lebih cepat selesai dan kita masih punya waktu istirahat.

- Berbagi tugas dengan suami.
Mengajak suami ikut terlibat dengan aktifitas bersama itu wajib. Jadi ibu dan ayah mempunyai kesempatan untuk mendidik anak, meskipun waktu terbesar anak tetap bersama ibunya.
Meminta tolong suami untuk menjaga anak-anak saat weekend bisa juga dilakukan, lho. Kita bisa keluar sebentar dari rumah untuk ke salon, ke toko buku atau beraktifitas untuk aktualisasi diri. Kalau saya, Sabtu Minggu adalah waktu saya untuk menghadiri pengajian pekanan, ikut event blogger atau sekedar menyendiri menulis tanpa gangguan.
Jadi, biarpun menjadi ibu homeschooler, yang waktunya 24/7 bersama anak-anak, kita tetap nggak kurang piknik. Meskipun jangan berharap kita bisa langsung mendapatkan waktu luang begitu memulai HS. Semuanya akan terjadi bertahap.
Seiring dengan membaiknya time management keluarga, kita semakin bisa mengatur waktu agar kebutuhan untuk diri sendiri juga tetap seimbang.
Jadi, nggak usah takut kehilangan ‘me time’ lewat homeschooling ya, mommies ^^.
Saluttttt sama mba anne deh. Kalo aku malah kepikiran masukin anak ke pesantren biar di didik orang lain *aku males ngedidik* eh engga deng, biar mereka dapet ilmu yg lebih daripada aku yg pas pasan ini
Gpp Win, everyone has his/her own pace. Tiap org punya perjalanan yg berbeda-beda. Yg penting niatnya lurus.
setuju dengan poin-poinnya, Mbak. Dengan melatih anak menjadi mandiri, sebetulnya membuat ibu jadi punya waktu untuk me time ke depannya 🙂
Betul banget mbak Myra.
Setuju anne.. membagi tugas pada anak hingga anak mandiri justru membuka peluang bagi ibu utk memiliki me time.
Anne hebat
Tp ini juga butuh latihan mb Ade. Anak2 kdg mood2an juga tuh ?
Wah bisa diintip nih triknya. Tau gak mba,awal ngajarin Fadly taruh baju kotor ke keranjang dan tutup gorden saya dibilang ibu tega loh,mempekerjakan anak. Ibunya ngapain aja sih,kok anaknya yang ngerjain…gitu deh kira2. Sekarang alhamdulillah mereka mau ikutan bantu loh,dan yang komen2 malah mlongo ngeliat anak saya cukup mandiri
Ngelatih anak2 kan disesuaikan usia ya mbak, bener gak? Kita gak mungkin juga tega nyuruh yg berat2. Fadly keren nih pastinya.
ntr aku mw gugling lbh bnyk ttg HS deh, krn blm bgitu ngerti konsep beljarnya gmn.. tp berarti, si ibu hrs di rumah ya.. krn dulu aku mikirnya, kita memanggil guru utk ngajarin anak kita di rumah mba.. salah ya aku..?
HS itu sifatnya costumised mbak, terserah kondisi dan kemampuan keluarga. Ada kok teman2 hs yg ortunya kerja. Tp memang yg memanage kegiatan itu ortu.
Tantangan buat melatih disiplin ke anak ya ibunya sendiri. Bnyk ibu yg pgn anaknya disiplin tp masih besar rasa “ga tega” nya.
Betul banget mbaaaak
Selalu suka baca tulisanmu mbak. Banyak pelajaran yang aku petik, karena aku juga seorang ibu dan istri yang mempunyai anak yang juga selalu harus didampingi 🙂
Tfs.
Kita sama2 belajar terus ya mbak. Pelajaran jd ibu n istri gak ada habisnya
Nemu ini saat blogwalking. Nice post! Alhamdulillah banyak ide segar yang didapat, apalagi buat saya sebagai ibu baru dari seorang putri yang baru 10 bulan. Salam kenal dari Bandung, mbak! 🙂
Salam kenal juga mbak. Makasih kunjungannya
sederhana dan mudah difahami informasinya,… makasih bu anne
Sama-sama mbak
sangat menginsiprasi
Makasih