Memangnya apa yang salah dengan minat anak, sehingga orang tua perlu berdamai segala? Kalau kita melihat kesukaan anak kita pada umumnya seperti menggambar, entrepreneur, robotic dan sejenisnya, sepertinya orang tua malah bangga ya.
Bahkan, anak yang tadinya hanya suka biasa-biasa aja, didorong untuk mengembangkan minatnya itu. Yang tadinya hanya suka menggambar di dinding, diikutkan les menggambar supaya minat dan bakatnya berkembang.
Tapi ternyata, tidak semua minat anak bisa diterima orang tuanya. Ini sempat saya alami.
Tentunya teman-teman sudah tahu 8 tipe kecerdasan yang disampaikan oleh Dr. Howard Gardner. Biasanya para ahli psikologi mengelompokkan minat berdasarkan tipe-tipe kecerdasan tersebut. Berikut 8 tipe kecerdasan yang dimaksud (sumber: hsbc.co.id)
- Kecerdasan Linguistik, merupakan kecerdasan yang melibatkan kemampuan berbahasa.
- Kecerdasan Logika-Matematika, yaitu kecerdasan yang melibatkan kemampuan menganalisis masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika, serta menyelidiki sesuatu secara ilmiah.
- Kecerdasan Visual-Spasial, kecerdasan yang melibatkan kepekaan mengobservasi dan kemampuan berpikir dalam gambar.
- Kecerdasan Musikal, merupakan kecerdasan yang melibatkan kemampuan berpikir atau mencerna musik, menggunakan musik sebagai sarana berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif.
- Kecerdasan Intrapersonal, ini adalah kemampuan mengenal emosi diri sendiri dan orang lain.
- Kecerdasan Interpersonal, merupakan kecerdasan dalam berhubungan dengan orang lain.
- Kecerdasan Kinestetik Jasmani, yaitu kemampuan menggunakan tubuh secara terampil, tangkas dan memiliki keseimbangan gerak tubuh yang baik.
- Kecerdasan Naturalis, merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan minatnya terhadap ilmu-ilmu alam, senang memelihara tanaman atau hewan. Tertarik pada masalah sosial dan peduli terhadap lingkungan.
Saya tidak akan membuat kategori minat berdasarkan tipe-tipe kecerdasan di atas. Namun, berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan anak-anak saya ingin menuliskan ketertarikan anak-anak yang berhubungan dengan dunia mereka.
- Minat yang berhubungan dengan akademis.
Contohnya senang belajar matematika, senang mengeksploras sains, senang membaca buku ensiklopedia. Tentu minat ini sangat diharapkan oleh orang tua karena membantu proses belajarnya.
- Minat yang berhubungan dengan aktivitas keseharian.
Misalnya, senang memasak, senang membereskan rumah dan sejenisnya. Bukan hanya bangga, orang tua pasti bahagia karena pekerjaan rumah jadi bisa dibantu oleh anak.
- Minat yang berhubungan dengan apa yang disukai orang tuanya.
Misalnya, karena orang tuanya senang menjahit makan anaknya pun menjadi senang menjahit. Minat yang ini pasti bisa berjalan beriringan dengan minat orang tuanya.
- Minat yang berhubungan dengan dunia luar di luar kebiasaan keluarga, bisa karena melihat dari televisi atau buku atau terekspos teman-teman.
Misalnya suka olahraga ekstrim seperti balap motor, senang mengumpulkan benda-benda tertentu, dan lain-lain.
Tidak ada yang salah juga dengan minat ini. Hanya terkadang, hobi anak-anak merupakan sesuatu yang tidak disukai orang tuanya. Di sinilah orang tua perlu belajar menyukai apa yang disukai anak atau dengan kata lain berdamai. Karena bisa jadi orang tua amat sangat tidak suka, bahkan memiliki anxiety terhadap minat anaknya.
Kalau masih belum menemukan minat dan bakat anak, baca: Menemukan Bakat Anak.
Minat Anak Seperti Apa Yang Bikin Orang Tua Khawatir
Minat anak seperti apa sih yang bisa membuat orang tua pikir-pikir dulu sebelum mengizinkan anaknya menekuni hal tersebut? Ini tergantung preferensi masing-masing orang tua. Seperti contohnya di keluarga teman saya, anaknya sangat menyukai serangga sehingga dia senang mengumpulkan ulat dan beberapa jenis serangga hidup lainnya. Sementara salah satu orang tuanya takut serangga.
Apa yang harus dilakukan si orang tua? Menghentikan kesukaan anaknya tersebut dan menggantinya menjadi minat lain, seperti mengumpulkan mainan?
Hal serupa terjadi di rumah saya. Yang pertama adalah minat anak pertama saya, yaitu GAME.
Saya bukan orang yang benci game, karena sesekali saya main game juga. Dan jarang sekali anak yang tidak suka game, bukan? Bahkan mungkin banyak anak yang kecanduan game.
Tentang kecanduan ini memang sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menghentikannya. Saya pernah menulis tentang Mengatasi Kecanduan Game Tanpa Banyak Bicara.
Yang terjadi di rumah adalah anak saya sempat punya cita-cita menjadi pembuat game. Nggak ada yang salah sih, ya kalau kita melihatnya dari kacamata profesi. Tapi kemudian saya melihat keseharian anak saya yang selalu terkait dengan game.
Buku atau tulisan yang dibacanya seputar game, obrolan-obrolan di rumah juga tentang game. Saya melihat, apa sih bagusnya game? Selain berpotensi kecanduan dan efek-efek negatif lain. Dan rasanya tidak keren kalau ada yang bertanya anak tentang hobinya, dan anak saya menjawab hobi main game.
Ini masalah pertama.
Masalah kedua adalah pada anak kedua saya. Dia suka hewan, terutama kucing. Dan semua orang rumah tahu kalau saya ini takut pada binatang. Hampir semua binatang, malah. Mungkin mirip contoh kisah teman saya yang takut serangga itu ya.
Anak saya ingin punya hewan peliharaan, akhirnya mereka memelihara guinea pigs, atau marmut. Sekaligus sepasang, dan lagi dan lagi. Sampai pernah mereka punya 7 ekor marmut yang membuat mereka kelabakan merawatnya.
Sekarang anak saya ingin sekali punya kucing. Kucing itu salah satu fobia saya. Jangankan pegang, dekat-dekat aja takut. Sampai-sampai anak saya meminta saya terapi terhadap fobia ini.
Jadi apa yang harus orang tua lakukan jika menemukan minat yang kurang sejalan pada anak-anaknya?
Berdamai Dengan Minat Anak
Yang pasti sih tidak melarang anak dari menekuni minat itu, ya. Selama minatnya tidak ke arah yang negatif tentu sebetulnya tidak ada alasan buat mereka menekuninya.
Beberapa hal yang harus dilakukan orang tua dalam usaha berdamai dengan minat anak adalah:
- Memahami dalam kacamata anak
Ternyata kesukaan terhadap apapun kalau berlebihan efeknya tidak baik. Karena akan melalaikan mereka dari kegiatan lainnya yang lebih penting, misalnya ibadah. Yang penting anak-anak diajak untuk memanage waktu.
Bagi anak-anak menyenangi sesuatu pasti membuat mereka bahagia. Jadi jangan sampai orang tua membuat anak memilih antara hobinya atau orang tuanya. Karena ujungnya, anak pasti akan lebih memilih orang tua yang mereka cintai dan meninggalkan hobinya tersebut.
- Visioner memandang dunia sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang
Dulu saya berpikir bahwa anak-anak kita kelak akan menjalani profesi sebagaimana yang ada sekarang. Padahal, profesi yang ada di dekade kedua milenia ini belum ada saat kita kuliah dulu. Sebut saja digital artist, video blogger, buzzer dan sebagainya.
Artinya, ketika anak-anak kita dewasa nanti akan tumbuh banyak profesi-profesi baru yang bisa dijalankan anak-anak. Yang penting mereka tumbuh sebagai pribadi baik dan memahami diri dan kebutuhan lingkungannya.
- Memperluas wawasan
Ini berhubungan dengan kasus saya terhadap kesukaan anak saya bermain game. Dulu yang saya pikirkan, game itu hanyalah sarana untuk bermain yang memiliki efek negatif. Ternyata, setelah mengetahui bahwa untuk membuat sebuah game banyak sekali bidang keilmuan yang bisa digali dan semuanya berawal dari aktifitas sederhana anak-anak kita.
- Tidak gaptek
Jadi orang tua jangan gaptek, agar bisa mengikuti perkembangan anak dan apa saja yang mereka butuhkan. Media belajar anak-anak sangat luas. Dan lewat minatnya, kita bisa bantu mengembangkannya lewat beragam media teknologi yang tersedia sekarang ini.
- Menjadikan sebagai investasi masa depan
Jangan protes ketika anak-anak meminta sesuatu untuk mengasah minatnya. Jangan belum apa-apa bilang nggak boleh karena kita tidak punya uang dan waktu. Tentunya kita bisa menabung sedikit-sedikit untuk memberikan anak kita fasilitas untuk mengasah hobinya.
- Belajar menyukai dengan terlibat langsung di dunia anak
Mencoba terjun ke dunia mereka ternyata membuat kita memahami, bahwa anggapan kita terhadap minat anak tidak seburuk sangkaan kita. Banyak hal positif di dalamnya asal mereka tahu menggunakannya secara proporsional.
Menyukai apa yang anak-anak sukai ternyata bukan ide buruk juga, meski perlu usaha yang tidak mudah. Kalau buat saya contohnya menyukai hewan, padahal saya takut hewan.
Ya, sedikit-sedikit kekhawatiran saya sebagai orang tua berkurang. Ketakutan terhadap beberapa hal berhasil saya singkirkan lewat keenam hal di atas. Dan memahami bahwa apapun minat mereka, bisa membawa anak-anak kita menuju impiannya dapat membuat kita lebih mudah untuk berdamai dengan minat anak.
tidak gapktek bener banget mbak tapi ada aja waktunya kita bingung ya ditanay ini itu belum tau harus cari tau dulu 🙂
Iya sih mbak. Tapi kan wajar aja kita nggak tahu sesuatu. Trus dari sana jd cari tahu juga deh