Sudah sejak usia 6 tahun, Kayyisha suka memasak dan membuat kue. Entah dari mana datangnya, tapi tiba-tiba minatnya ini muncul. Sebelumnya, Naufal justru yang mulai senang memasak. Tapi ternyata, passion Kayyisha di dapur khususnya di dunia baking semakin menguat. Sementara Naufal hanya senang memasak ketika dia perlu memasak aja, misalnya saat saya sakit jadi gak bisa masakin atau lagi kepingiiin banget sesuatu.
Kayyisha mulai masuk ke dapur sendiri dan mengolah makanan sejak dua tahun lalu, ketika usianya 6 tahun. Dia selalu berperan utama membuat kue setiap ada anggota keluarga yang ulang tahun. Kadang saya ikut bantu, tapi seringnya dia membuat kue sendiri di rumah.
Dia memang punya dua passion yang cukup kuat, baking dan merawat hewan. Tentang merawat hewan, pernah saya tulis dalam tulisan “Kayyisha dan Passionnya di Dunia Hewan”.
Bagaimana Passion ini Tumbuh

Setiap anak mempunyai kecenderungannya masing-masing. Tugas orangtua hanya menangkap tanda-tanda yang mungkin ditunjukkan tanpa sengaja. Ada beberapa anak yang sangat passionate terhadap sesuatu, sehingga dia akan melakukannya berulang-ulang. Ada juga yang menyukai sesuatu, tapi karena kesempatan untuk mendalaminya atau sarana belum tersedia, sehingga passionnya ini tidak kuat.
Tulisan mengenai bakat dan minat anak ini pernah saya tulis dalam postingan “Menemukan Bakat Terpendam Anak”.
Kayyisha baru mulai muncul minatnya ketika dia sudah menjalani homeschooling. Saya juga tidak ingat persisnya kapan, karena awalnya dia hanya senang membantu pekerjaan saya atau suami. Misalnya bantu mengiris bawang, mengupas wortel atau mengaduk adonan. Dia belum terpapar sama sekali dengan kompor atau oven. Pisau yang digunakan baru pisau mentega/roti yang tidak tajam.
Lama-lama dia protes, pisaunya nggak nyaman untuk memotong. Akhirnya mulai meningkat ke pisau dapur, hanya yang level ketajaman masih ringan.

Satu tantangan bagi orangtua dengan minat anak suka memasak adalah mengizinkan anak memegang pisau. Memang ini challenging sekali. Tapi kan pisau adalah andalan seorang juru masak. Tanpa pisau, chef bagaikan pemanah tanpa busur kan. Nggak bisa unjuk gigi.
Tips mengenalkan anak menggunakan pisau yang saya lakukan di rumah diantaranya:
- Diawali dengan menggunakan pisau yang tidak tajam, misalnya pisau mentega/roti. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas.
- Kemudian bertingkat ke pisau yang lebih tajam, namun perhatikan ujungnya. Pilihkan pisau yang ujungnya blunt, membulat atau tidak meruncing.
- Gunakan pegangan pisau yang tidak licin, tidak terlalu besar/kecil ketika digenggam anak.
- Selalu dampingi anak saat memakai pisau.
- Latihan dengan mengiris benda yang tidak terlalu keras, seperti tahu, kemudian keju, selanjutnya belajar mengiris wortel dan kentang. Latihan memotong dan mengupas merupakan salah satu latihan motorik halus buat anak.
- Gunakan chopping board/talenan yang tidak mudah bergeser. Atau alasi dengan serbet/rubber mat di bawahnya.
- Sesuaikan tinggi anak dengan tinggi meja, posisi lengan atas dan bawah membentuk sudut 90 derajat saat memotong. Kalau belum pas, gunakan bantuan kursi atau stool.
- Jangan biarkan anak bercanda dengan benda di depannya. Ini bisa melatih anak untuk fokus.
Sekarang Kayyisha sudah bisa memotong menggunakan pisau chef ukuran besar untuk memotong daging/ayam/dsb dan sudah bisa menyalakan kompor dan oven sendiri. Hanya saja, dia boleh memasak saat saya ada di rumah saja, meski saya tidak lagi membantu secara langsung.
Tentang Minat Anak
Ada teman yang bertanya, bagaimana orangtua tahu yang mana minat anak dan bagaimana menemukannya?
Untuk menemukan minat anak, kita memang tidak bisa diam saja dan minat itu muncul dengan sendirinya. Memang ada minat yang munculnya secara naluriah, namun sebagian besar anak menyukai sesuatu karena pernah melihat, mencoba atau mengalami aktivitas tersebut.
Jadi, untuk menemukan minat anak, ajak anak untuk bereksplorasi dengan berbagai pengalaman. Kenali anak dengan beragam profesi dan petualangan. Minat itu tidak harus sesuatu yang sifatnya profesional seperti (memasak agar kelak menjadi chef, programming agar kelak menjadi programmer, membangun lego agar kelak menjadi arsitek, dan sebagainya).
Minat bisa apa saja, dan malah kadang minat anak itu merupakan sesuatu yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Selama itu positif, biarkan anak menyelami dan menjalaninya. Yang harus dilakukan orangtua adalah menjaga agar anak-anak beraktivitas sesuai dengan core value yang dimiliki keluarga.
Jadi Saya Harus Kemana?
- Eksplorasi atau berpetualang.
Sebuah petualangan tidak harus dengan melakukan perjalanan jauh. Petualangan atau travelschooling tidak selalu sifatnya traveling atau piknik ke tempat-tempat rekreasi. Ajak anak untuk bereksplorasi kemana saja sesuai kegiatan orangtua atau yang mampu dilakukan orangtua.
Satu hal, buka wawasan orangtua untuk melihat tempat yang potensial untuk menemukan minat anak dan belajar dari sana.
- Tour the talent
Ini merupakan perjalanan silaturahim mengunjungi atau melihat ke tempat-tempat orang yang berbakat atau menjalani sebuah profesi dan dia menjalaninya dengan sangat baik. Saya dan anak-anak pernah berkunjung ke beberapa tempat di Jawa Tengah, salah satunya mengunjungi Pak Singgih seorang sarjana lulusan ITB yang mengabdikan diri ke desa dan membangun desanya dengan cara yang unik. Beliau juga membuat beberapa karya seperti radio dan sepeda yang terbuat dari bambu.
Sayang, saya tidak sempat menuliskan kisah perjalanannya. Tapi kalau penasaran, silakan kunjungi tulisan mas Aar Sumardiono di Rumah Inspirasi tentang Oase Backpacker Jawa Tengah ini.
Untuk kegiatan Tour the Talent, usia anak sangat menentukan keberhasilan kegiatan. Karena ternyata anak yang terlalu kecil belum terlalu memahami arti perjalanan ini. Kalau usia anak masih di bawah 12 tahun, seperti bisa dilakukan dengan perkenalan profesi saja.
- Membangun jejaring
Satu hal yang menjadi kekuatan aktivitas homeschooler adalah jejaring atau networking. Salah satu manfaat jejaring ini kita bisa mempunyai kontak untuk menemukan tempat-tempat yang bisa dieksplor anak. Setelah minat anak sudah ditemukan, kita membangun kembali jejaring yang baru sesuai dengan minat anak kita.
Kembali ke Kayyisha

Ya, dunia memasak Kayyisha memang sepertinya sudah menjadi salah satu jalan yang dia pilih untuk menapaki masa depan. Meski, namanya manusia, dia bisa saja berubah. Orangtua harus tetap membuka hati untuk berbagai kemungkinan, jika ternyata suatu saat dia ingin banting stir. Kami harus siap.
Dalam menekuni minatnya ini, Kayyisha sudah mencoba belajar dari chef profesional sebanyak dua kali, yaitu memasak macarons, opera cake, tiramisu, red velvet cupcake dan chocolate cake roll. Alhamdulillah Kayyisha berkenalan dengan seorang chef yang lumayan “bawel” dengan urusan kehalalan bahan kue. Jadi dia mendapat pengetahuan juga tentang bahan-bahan non halal yang harus dihindari.
Di dalam salah satu prosesnya juga Kayyisha pernah mencoba berbisnis kue. Dengan menggunakan brandnya “Kayyisha’s Kitchen”, beberapa kali Kayyisha menjual milk tart (pie susu) di beberapa event seperti bazaar seminar (dalam acara Bincang Seru Homeschooling dan event Entrepreneur Kids Indonesia) dan pertemuan rutin komunitas, dan alhamdulillah kuenya selalu cepat habis dalam beberapa menit saja.
Sebenarnya dia sudah tidak sabar menjual banyak kue, tapi saya dan suami belum ingin dia fokus di satu hal saja. Saya kepinginnya dia mencoba banyak pengalaman dulu, mengeksplorasi banyak tempat, bertemu banyak orang, mencoba berbagai resep dan mempelajari beberapa bidang selain baking. Usianya baru 8 tahun, rasanya kelak ada saatnya dia serius menekuni bisnisnya. Sekarang, kalaupun ingin bisnis ya insidental saja. Karena pada tahapannya nanti, saya ingin Kayyisha melalui proses magang (apprenticeship) dahulu.

Dalam Menyelami Minat Anak, Dimana Posisi Orangtua?
Orangtua adalah manajer anak. Disinilah saya memposisikan diri. Biarkan anak menentukan jalannya dan menggali sebanyak mungkin ide dan pengalaman. Orangtua memang harus rela mengalah, meluangkan waktu dan mengumpulkan remah uang untuk memfasilitasi proses belajar anak.
Kadang uang yang dikeluarkan tidak sedikit, ini kami sebut sebagai investasi. Namun karena hal ini, bukan berarti kita boleh berharap banyak hal dan menuntut anak untuk cepat berhasil. Kita beri kesempatan anak untuk menikmati prosesnya dan menjalani dengan bahagia, tanpa perlu “dipaksa” untuk mengikuti kompetisi tertentu untuk meraih gelar atau mengejar ujian agar mendapat pengakuan.
Akan ada saatnya kelak anak ingin step up dan menguji dirinya sendiri. Kita tidak sedang sekolah, sehingga perlu gelar atau ujian. Kita sedang menemani anak menjalani kesehariannya. Dan perjalanan keseharian ini harus dinikmati baik oleh yang menjalani, maupum yang menemani.
Selamat berpetualang menggali minat anak dan menjalaninya ya, moms.
Berikut adalah video Kayyisha saat mengikuti baking class di Bogasari Baking Center BSD Tangerang:
waah… hebat.Anak saya sebenarnya serba bisa mba, dan anaknya mau utk bljr sesuatu yg baru, tapi ya itu kalo udah bisa, gak pernah didalami. hanya sekedar bisa, ya udah… Dia lebih senang pada keg bergerak seperti olahraga. Dulu senang pada sepatu roda, skrg sedang tergila2 pada bola. Ya.. saya sebagai ortu selalu mengikuti keinginan anak selagi positif
Waaa…kayyisha hebat… nanti ikutan kalo ada master chef junior yaaa… 🙂 🙂 #nengmauikutlesbakingnya aahhh
Aamiin, makasih Tante
kereeeeen
Makasih
aih, asyiknyaaaa Neng udah tau passionnya apa sejak kecil, kalo fokus terus smp gede nanti bisa gantiin Christina Tosi ya Neeeeng
Aamiin insya Allah