Memanah, Bukan Hanya Melepaskan Anak Panah

DSC_0381

Lingkaran kuning itu bukan satu-satunya tujuan. Namun, ada tujuan besar yang ingin dicapai dengan belajar memanah. Apakah itu?

Saat kita mulai mengangkat busur dan menarik talinya, maka  anak panah akan meluncur menuju papan target. Tentu kita berharap anak panah tepat mengenai pusat lingkaran, bukan? Teorinya tampak mudah, tapi praktiknya, untuk bisa mencapai posisi bull’s eye itu tidak semudah perkiraan kita.

Apalagi kita sudah lebih dulu membayangkan betapa mudahnya Legolas dan kaum Elf menembakkan busur panah mengenai sasaran sambil melompat, berlari atau di atas hewan yang bergerak.

Ternyata, seni memanah ini memiliki empat kekuatan utama. Karena saat latihan memanah, tidak hanya latihan fisik namun juga pendidikan karakter.

Pak Defrizal Siregar, S.Or, MM, Presidennya Indonesia Archery Schools Program (INASP) sekaligus Archery coach mengatakan, ada empat character building yang dilatih lewat memanah.

1. Calm. Ketenangan ini diperoleh melalui pengendalian diri. Bahkan Rasulullah SAW juga mengatakan bahwa jihad terbesarnya manusia adalah menahan hawa nafsunya. Nafsu-nafsu negatif seperti amarrah, harus bisa dikendalikan saat akan memanah. Membuat diri setenang mungkin dan melepaskan semua hal yang mengganggu pikiran tentu perlu latihan terus-menerus. Jika tidak, sangat sulit bisa mengendalikan anak panah dan melepaskannya menuju target.

Latihan yang rutin bisa membuat kita terlatih mengendalikan pikiran, sehingga kita bisa lebih tenang merespon sekeliling dalam aktivitas sehari-hari.

2. Focus. Setelah seluruh tubuh dan jiwa kita tenang, hal berikutnya yang diperlukan adalah fokus. Fokus pada tujuan, dan memindahkan papan target mendekati jarak pandang kita meski jarak aslinya 5 m, 7 m, 10 m atau 15 m. Kita akan berlatih memusatkan pikiran kita pada satu titik, titik target yang akan dicapai. Singkirkan hal-hal yang bisa mendistraksi fokus kita. Begitu otak terpusat di sana, tubuh pun akan merespon dan bergerak menuju target itu.

3. Brave. Menarik busur panah itu perlu keberanian, dan kekuatan tentunya. Berani mengeluarkan energi yang ada dan mengarahkannya dengan penuh keyakinan. Tak boleh ragu. Hal ini yang dilatih dalam proses memanah. Tanpanya, tak mungkin anak panah akan melesat menuju sasaran yang tidak dekat jaraknya.

4. Win. Meraih kemenangan adalah harapan semua orang. Apapun bentuknya, semua tergatung target kita. Untuk mencapainya butuh effort. No pain no gain. Tidak ada yang mudah. Dalam memanah pun, kita perlu perjuangan. Ada tubuh yang lelah, badan pegal, otot kaku dan sebagainya. Namun, demi meraih kemenangan hal-hal itu harus dipinggirkan lebih dahulu.

Nah, luar biasa, bukan? Ternyata, anak panah sampai sasaran bukanlah goal yang didapat dari aktivitas memanah, melainkan hasil sampingannya. Karena ternyata empat karakter, calm-focus-brave-win, yang akan terbentuk, menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk karakter diri pemanah.

Kira-kira ini oleh-oleh kegiatan saya mengantarkan anak-anak mengikuti sertifikasi kemahiran memanah kemarin.

DSC_0323

Kemarin, anak-anak saya mengikuti Sertifikasi Kemahiran Memanah setelah menjalankan latihan selama beberapa bulan. Di sini, mereka melalui semacam ujian kenaikan tingkat untuk mencapai sertifikat level pre-basic, yaitu bisa meraih score minimal 100 dalam jarak 5 meter. Dan dari hasil tes sertifikasi, mereka semua dinyatakan lulus dan mendapat sertifikat.

Event ini juga merupakan ajang untuk membangun suasana kompetisi, mendorong anak-anak untuk melakukan yang terbaik untuk meraih goal mereka masing-masing. Dengan adanya papan target di hadapan mereka, sudah dipastikan mereka ingin melepaskan anak panah setepat mungkin mendekati pusat lingkaran, karena disitulah poin terbesar berada.

Namun tidak seperti itu juga kami, para orang tua memandang kompetisi ini.

DSC_0353

 

Poin-poin yang saya dapatkan saat melihat usaha anak-anak adalah,

Pertama, ketekunan dan disiplin mereka mengikuti arahan para coach. Tidak mudah bagi anak-anak untuk bisa bertahan melakukan 10 rambahan tanpa jeda. Pasti ada yang lelah atau bosan. Tapi sejauh ini, tak ada satupun yang mengeluh.

Kedua, make effort. Saya melihat titik awal mereka memulai latihan. Ada yang latihannya sejak awal bagus dan melakukan kemajuan berarti setiap pekannya. Ada juga yang masih kesulitan beradaptasi dengan busur dan anak panah, sehingga tampaknya tak membuat kemajuan. Dan semua itu tampak saat sertifikasi kemarin. Effort atau usaha anak-anak sudah terlihat. Kayyisha yang tadinya tidak bisa melepas anak panah sampai ke papan, kini bisa menancapkan anak panahnya. Beberapa bahkan mengenai lingkaran kuning. Itu sebuah kemajuan. Tidak perlu membandingkan dengan Naufal, kakaknya yang sudah konsisten sejak awal dan meraih posisi ketiga kemarin.

Hal seperti ini terjadi dalam proses pendidikan di negeri ini, menyamaratakan keberhasilan anak. Mereka harus berada di titik akhir yang sama, padahal kondisi saat memulai dan kecepatan perkembangan tiap anak meskipun usianya sama tentu berbeda.

Lalu mereka dibandingkan satu sama lain, diberi label bahwa anak yang hasil akhirnya lebih sedikit sebagai anak bodoh. Tanpa menilai seberapa besar effortnya.

Ketiga, konsisten. Saya bangga dengan konsistensi mereka untuk melakukan yang terbaik. Tidak terintimidasi oleh kemajuan teman yang lain, namun tetap termotivasi.

Keempat, fair play. Bermain fair dalam kompetisi olah raga adalah keniscayaan. Latihan untuk selalu bersikap fair pada siapapun, adalah sebuah pendidikan karakter yang bagus. Tidak curang dan mendengarkan apa yang diarahkan coach adalah yang terbaik buat mereka.

Kelima, fun. Saat sebuah aktivitas tidak lagi dilakukan dengan bahagia, apalah artinya. Terutama buat anak-anak, karena momen belajar bagi mereka harus dasarnya fun activity, tidak ada tekanan dan tuntutan, apalagi ambisi untuk menjadi juara. Kalau semua step-stepnya dilalui dengan baik dan bahagia, kemenangan apapun bentuknya, akan diraih. Tinggal bagaimana kita masing-masing memaknai bentuk kemenangan itu.

Yang pasti, baik anak-anak maupun orang tua sangat bahagia. Apalagi kegiatan kemarin, kami akhiri dengan acara makan-makan. Memang tidak ada yang tidak seru kalau Klub Oase sudah kumpul, lalu makan. Buat para ortu, inilah yang akhirnya menjadi inti perjalanan kami. Makaaaaaaan :D.

 


DSC_0433

16 thoughts on “Memanah, Bukan Hanya Melepaskan Anak Panah

  1. Menarik sekali, saya tertarik dengan memanah ini tapi belum ada kesempatan buat nyoba. Kayaknya asyik kalo bisa belajar bareng anak. Mengingat memanah ini salah satu dari 3 olahraga yg pernah disebut rasul.

    1. Betul Mak, bisa dicoba. Saya jg tertarik krn selama ini yg ikut baru anak-anak aja.
      Makasih udah mampir ya.

  2. Mak, kalau yang di tanah baru itu bogor bukan? “yang tadi disebut dikomen facebook” Wah kebetulan kalau iya saya tinggal di bogor. Malah saya sama suami juga suka olah raga begini. Makasih ya Mak infonya 🙂

  3. salam kenal…bermanfaat bgt infonya..br hunting renang n anak2.. n mengajarkan binatang2 pd anak ttp binatang..br bkunjung ke minizoo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *