Mencari Harta Karun Malioboro

Kalau dengar nama Jogja pasti identik dengan Malioboro. Sehingga ada anggapan belum mengunjungi Jogja kalau belum ke Malioboro.Karena biasanya Malioboro adalah destinasi pertama turis domestik maupun mancanegara yang datang ke Jogja.DSC_0356

Jalan Malioboro memang menyajikan pemandangan ciri khas kota Jogja, yaitu karya seni. Banyak sekali pedagang yang menjajakan karya seni mulai dari pakaian, tas, sendal, topi, dompet, aksesori, pajangan sampai mainan yang merupakan karya tangan, alias handycraft lokal. Meski artcaraft Jogja kian banyak dijual di kota-kota lain, termasuk Jakarta, namun membeli barang langsung dari Malioboronya pasti punya kesan tersendiri.

Selain wisata belanja dan budaya, Malioboro juga menyajikan wisata sejarah. Di sepanjang jalan Malioboro banyak terdapat bangunan-bangunan heritage yang usianya sudah hitungan abad dan menarik untuk dijelajahi.

Bulan September lalu (Udah lama, ya. Ketahuan banget nunda nulis), keluarga kami dan teman-teman Klub Oase dalam salah satu rangkaian Tour the Talent, berkesempatan mengunjungi Malioboro. Bukan, bukan untuk belanja atau cuci mata melihat bangunan dan pemandangan eksotis. Kunjungan setengah hari kami di pusat wisata Jogja itu disambit, eh disambut oleh teman-teman komunitas Jaladwara.

Naah, kenalan yuk dengan mereka.jaladwara2

Komunitas Jaladwara ini merupakan perkumpulan orang-orang muda yang peduli lingkungan, edukasi sejarah, budaya dan seni, dan tentunya peduli Jogja dan Malioboro. Bersama kakak-kakak Jaladwara, anak-anak Klub Oase diajak menjelajah harta karun Malioboro. Mereka melakukan petualangan dan menapaki jejak sejarah.

Pagi-pagi, sekitar jam delapan, ketika jalanan Malioboro belum terlalu ramai, kita semua sudah berkumpul di depan Benteng Vredeburg.DSC_0279

Tahu kan, Benteng Vredeburg ini merupakan bangunan yang menjadi saksi kelahiran Kesultanan Yogyakarta lebih dari dua abad silam. Benteng ini didirikan sebagai trik Belanda untuk stalking ke kepimpinan Sultan Hamengkubuwono I dengan dalih menjaga keamana Keraton dan sekitarnya.

Di pelataran Benteng Vredeburg inilah kami berkumpul sebelum memulai penjelajahan mencari harta karun Malioboro. Yang akan ikut serta di sini hanya anak-anak saja, walaupun sebenarnya tidak hanya anak-anak yang bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini. Namun kali ini, peran orang tua hanya menjadi pendamping.

Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dan di tiap kelompok akan ada 1-2 orang tua yang mendampingi. Kakak-kakak dari Jaladwara yang akan memandu kegiatan mereka, juga mendokumentasikan kegiatan mereka dalam bentuk foto dan video.

Sebelum berangkat, tim berkumpul untuk briefing. Kakak-kakak Jaladwara (saya lupa namanya, saking kelamaan baru ditulis) memberikan “amunisi” perbekalan untuk mereka dalam sebuah tas plastik. Isinya ada petunjuk fakta sejarah, yang terdiri dari: peta malioboro, foto-foto bangunan, puzzle, data-data dan keterangan bangunan “misteri” yang harus mereka pecahkan.DSC_0302

Mereka tidak harus mencari bangunan tersebut secara berurutan sesuai daftar dalam petunjuk. Itu sebabnya kemudian, mereka seperti berputar-putar di sepanjang jalan Maliboro.

Usai briefing, pencarian harta karun dimulai. Anak-anak membuka petunjuk pertama untuk mencari bangunan apa yang ingin mereka cari. Mereka membuka peta dan menemukan sebuah bentuk bangunan. Lalu di sana, mereka akan mendapatkan beberapa petunjuk dan teka-teki/puzzle. Puzzle itu harus mereka pecahkan untuk menemukan jawabannya.

Setelah menemukan jawaban, mereka harus mencari dimana letak bangunan yang dimaksud. Semuanya ada di sepanjang jalan Malioboro.

Kalau tidak salah, ada 5-6 tempat yang harus mereka coba temukan.  Karena aktivitas ini berkelompok, pengalaman teamworking anak-anak sedang dilatih. Mereka harus memecahkan setiap teka-teki bersama, mencari jawaban bersama atau berbagi tugas.

Kakak-kakak Jaladwara hanya mengarahkan, tapi anak-anak harus memecahkan teka-tekinya sendiri. Orang tua pendamping juga hanya memantau dari jauh, tidak boleh ikut terlibat dan mengatur aktivitas anak-anak. Lagipula, saya sih malah enjoy hunting foto sendiri dan mengobrol bersama mbak Aan Diha seputar dunia anak J.

Selama kegiatan ini, anak-anak belajar tentang banyak hal, antara lain:

  1. Belajar Sejarah

Karena inti pencarian harta karun ini adalah harta karun sejarah, jadi spot yang dicari oleh anak-anak adalah bangunan dan tempat-tempat bersejarah. Sayangnya, kami tidak boleh menceritakan secara detil di sini tentang bangunan/tempat apa yang ditemukan untuk kepentingan Jaladwara.

maliob3

 

  1. Team work

Di sini anak-anak belajar kerja sama. Lucu melihat gaya mereka. Ada yang selalu serius, ada yang paling semangat bertanya-tanya, ada yang senang memperhatikan sekitar, ada yang senang memecahkan teka-teki. Tiap anak menikmati keseruan penjelajahan ini dengan cara mereka masing-masing.

maliob1

  1. Berani bertanya

Selain petunjuk, kadangkala sumber data mereka masih kurang lengkap sehingga mereka perlu bertanya pada siapa saja yang ditemui di jalan. Ada yang bertanya pada petugas parkir, mang becak, bapak penjual es krim. Karakter orang yang ditanya pun berbeda. Ada yang detil menjelaskan, ada yang hanya memberi arahan sedikit. Bahkan ada juga yang memberi arahan salah. Di sini mereka belajar mencerna informasi dan menerjemahkannya untuk mendapat petunjuk.

maliob2

 

  1. Belajar istilah lokal

Karena kami datang dari wilayah Jabodetabek yang heterogen, tidak semua mengerti bahasa Jawa. Banyak spanduk dan petunjuk jalan yang tertulis dalam bahasa Jawa, jadi paling tidak ada satu dua kata yang mereka pelajari.

DSC_0357

 

  1. Membaca peta

Ya, membaca peta ini merupakan lifeskill lho. Sambil jalan-jalan kita bisa mengajak anak belajar membaca peta. Dalam kegiatan ini peta adalah amunisi wajib yang harus mereka pegang setiap saat agar tidak salah tujuan.

DSC_0303

 

  1. Leadership

Dalam setiap teamwork, selalu muncul satu atau dua orang yang bersikap menjadi leader dengan sendirinya. Tanpa diminta, sikap itu akan muncul. Nah, event seperti ini bagus sekali mendidik jiwa leadership anak-anak.

  1. Kebersamaan

Ini lucu juga. Ketika di jalan, ada anak yang ingin sekali jajan es krim. Lalu dia bertanya ke saya, “Mamanya Eneng, boleh nggak aku beli es krim?” Lalu aku bilang, “Tanya dulu ke kakak itu.” Saya menunjuk ke kakak pemandu mereka. Dan berlarilah anak ini menemui kakak dari Jaladwara. Dan mereka terlibat perbincangan serius, saya nggak bisa menangkap. Ternyata, si anak nggak jadi beli es krim. Sepertinya, dia diberi tahu kalau mau beli es krim, dia harus memastikan semua temannya juga ikut makan es krim. Dia tidak boleh makan es krim sendiri sementara teman-temannya nggak.

Wah, ini pelajaran berharga banget buat mereka tentang kebersamaan.

  1. Mengamati lalu lintas dan permasalahannya.

Malioboro memunyai trotoar yang cukup lebar. Sebagian besarnya digunakan oleh pedagang kaki lima. Namun yang lebih mengganggu adalah, banyaknya kendaraan bermotor roda dua yang jalan di trotoar dan parkir di sana. Ini menjadi salah satu concern tim Jaladwara sekaligus mendidik anak-anak bahwa trotoar adalah hak bagi pejalan kaki, bukan kendaraan bermotor. Ternyata salah satu kampanye Jaladwara adalah untuk mengembalikan trotoar Malioboro ramah bagi pejalan kaki. Keren nih, kakak-kakak Jaladwara.

DSC_0366

 

Cukup lama juga perjalanan anak-anak. Ada yang mulai kecapekan, haus dan lapar. Mereka sih masing-masng sudah membawa botol minum (oh ya, kami tetap setia dengan program zero waste dimanapun berada lho. Jadi membawa botol minum adalah salah satu kewajiban. Meskiiii, namanya anak-anak ada aja yang tergoda untuk beli minuman kemasan botol yang dingin dan suegerr itu).

Saya yang mengikuti mereka juga capeeeek. Jadi tanpa menyelesaikan seluruh harta karunnya, kami kembali ke Benteng Vredeburg. Di sana anak-anak beristirahat sebentar lalu melanjutkan sesi diskusi.

Di bawah sebuah sebuah pohon rindang, di salah satu taman dalam Benteng Vredeburg, anak-anak bersama kakak-kakak Jaladwara berkumpul. Salah satu kakak mengajak anak-anak untuk memejamkan mata selama si kakak bercerita. Mereka diajak kembali ke masa silam, ketika jalan Malioboro masih sepi dan masih banyak tentara Belanda berjaga. Lalu si kakak, bercerita tentang kapan Benteng Vredeburg, Gedung Agung di depannya serta Keraton Yogyakarta dibangun.

Mereka berbincang-bincang tentang sejarah Jogja dan apa yang terjadi di masa silam sehingga membawa kenangan dan meninggalkan banyak jejaknya di masa kini. Ini ngobrolnya sambil ngemil-ngemil lho.

Dan di akhir acara, anak-anak mendapatkan hadiah kartu pos cantik yang digambar oleh salah seorang kakak dari Jaladwara serta masing-masing sertifikat sebagai penjelajah Harta Karun. Huwowwww… keren.

DSC_0384

Salut deh kakak-kakak Jaladwara. Kapan-kapan kami ikut petualang selanjutnya ya. Kalau teman-teman ikut berpetualang bersama Jaladwara bisa menghubungi mereka di sini:

“Kontak Jaladwara”

Telp/SMS  : 0818 0434 0820

WhatsApp : 0818 0434 0820

Surel : [email protected]

Facebook  : Wisata Arkeologi Jaladwara

 

6 thoughts on “Mencari Harta Karun Malioboro

  1. Mbaaak, membaca peta adalah lifeskill itu menohok bgt, aq ga bisa soalnya, makanya nyasar mulu deh hihihi.

    Tapi seru ya kegiatannya, abak2 pasti seneng bgt bs memecahkan misteri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *